Objek Matematika
A. Jenis Objek
Matematika.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, salah satu
karakteristik yang mudah dikenali pada
matematika adalah bahwa matematika memiliki objek kajian yang abstrak. Sifat abstrak inilah yang sering
menjadi masalah tersendiri bagi peserta didik. Mereka menganggap bahwa
matematika sebagai pelajaran yang sulit untuk dimengerti. Hal yang demikian ini
sekaligus merupakan tantangan bagi guru maupun calon guru matematika di manapun
kelak mereka akan mengajar. Demikian pula dengan orang tua yang mendampingi
belajar sang anak ketika di rumah. Oleh karena itu, menjadi perlu kiranya bagi orang
tua, guru dan calon guru matematika untuk mendalami objek dasar pada
matematika. Dalam kaitan dengan objek matematika itulah, maka berikut ini
diketengahkan beberapa pendapat tentang objek tersebut.
Bell
(1981: 108) mengemukakan bahwa “the direct objects of mathematics learning
are facts, skills, concepts, and principles”. Sedangkan Tim Pengembang Silabus (tt: 45), dan Mulyono
Abdurrahman (2003: 38) mengklasifikasikan materi matematika dalam empat objek
pula, yakni : fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Sementara
Begle (1979: 6) menyatakan “the four kinds of mathematical objects are: a)
facts, b) concepts, c) operations, d) principles”. Dari empat pandangan tersebut di atas ada tiga kesamaan pendapat
tentang objek suatu pelajaran, termasuk pada pelajaran matematika, yakni obyek fakta,
konsep, dan prinsip. Namun ada satu objek yang disebut dalam tiga istilah yaitu
: skill, prosedur, dan operasi. Ada indikasi bahwa ketiga hal tersebut
merupakan satu rangkaian objek.
Menurut pendapat Winkel (1991: 245), pada umumnya suatu
prosedur diajarkan sebelum keterampilan ( skill ) dikuasai. Ini berarti
bahwa prosedur merupakan bagian tahapan dari pencapaian penguasaan skill.
Karso (1993: 99) juga mengemukakan bahwa suatu keterampilan ( skill )
dalam matematika adalah kemampuan siswa untuk menjalankan prosedur-prosedur dan
operasi-operasi dalam matematika secara tepat, cermat dan benar. Pendapat ini
mempertegas hubungan dan kedudukan antara skill, prosedur, dan operasi.
Dua pandangan sebagaimana yang disebut terakhir
menunjukkan bahwa prosedur dan operasi keduanya merupakan
bagian dari objek skill. Oleh karena itu untuk pembahasan selanjutnya
akan digunakan istilah skill sebagai salah satu
bagian
saja dari objek matematika
, dengan alasan bahwa
di dalam skill sudah
tercakup tentang kemampuan menjalankan operasi dan
prosedur. Jadi berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa objek
matematika terdiri atas 4 hal,
yakni : fakta, konsep, prinsip, dan
skill.
B.
Pengertian dan Kategorisasi
1.
Fakta
Fakta matematika adalah kesepakatan -
kesepakatan yang diwujudkan dalam bentuk simbol matematika (Bell, 198: 108). Kemudian
menurut Begle (1979: 6), ada dua jenis objek fakta dalam matematika yaitu, a)
fakta yang beraturan (not arbitrary facts), dan b) fakta yang
tidak beraturan ( arbitrary facts),. Fakta yang pertama dapat secara
mudah dihafalkan seperti misalnya “5” adalah simbol dari konsep bilangan lima.
Demikian pula simbol “f(x)”, “g(x)”, dan “h(x)”, masing-masing merupakan simbol
dari sebuah fungsi nilai dalam variabel x, dan “(a, b)” adalah simbol dari
pasangan berurutan. Fakta untuk jenis yang kedua ini, dapat diperoleh dari
beberapa fakta lain, misalkan 7 x 8 =
56. Penulisan fakta dengan simbol 7 x 8 ini
dapat pula dinyatakan
dalam bentuk lain
seperti ; 7 x 8 = (6 x 8) + (1 x 8) = 56. Dan masing-masing bagian dari
fakta tersebut dapat berdiri sendiri sebagai sebuah fakta. Demikian pula 2 + 3
= 5 dapat dinyatakan dalam bentuk himpunan, sebagaimana disajikan pada Gambar 1
di berikut ini.

+ =
Gambar 1
Skema Penjelasan Fakta dalam Bentuk Diagram Venn
Dan sering pula dijumpai notasi (f o g)(x) = h(x)
merupakan simbol dari fungsi g(x) dilanjutkan fungsi f(x), dan menghasilkan
fungsi h(x).
Hampir sebagian
besar dalam sistem matematika diwujudkan dalam bentuk fakta, khususnya yang berhubungan dengan
simbol yang digunakan dalam sistem tersebut. Tim Pengembang Silabus, (tt: 47)
menggolongkan materi jenis fakta antara lain nama objek, nama lambang, nama
tempat, nama bagian atau komponen suatu benda. Fakta juga dapat berupa lambang,
simbol, notasi, atau tanda. Jadi fakta menyangkut masalah nama, perlambangan,
atau notasi, atau simbol, atau tanda, yang
digunakan dalam sebuah
sistem matematika. Fakta akan sangat bermanfaat dalam matematika jika
keberadaannya dimaknai dengan benar, sehingga dapat memperjelas suatu objek
yang abstrak, tetapi sebaliknya apabila keliru dalam memaknai suatu fakta,
justru akan dapat menyebabkan salah
tafsir terhadap suatu objek. Kesalahan tafsir dalam pemaknaan dari
simbol-simbol yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu objek dalam
matematika ini, dapat menyebabkan penafsiran yang salah. Dan apabila penafsiran
yang salah tersebut diterapkan atau digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam
matematika, maka dapat dipastikan tidak akan dapat menyelesaikan masalah tersebut,
yang pada akhirnya dapat menimbulkan kesulitan belajar matematika.
2.
Konsep
Suatu konsep akan
mengungkapkan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal yang
khusus (Kerlinger, 2004: 48). Dalam matematika, suatu konsep merupakan ide
abstrak yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan ide, gagasan, atau
peristiwa, dan sekaligus untuk mengklasifikasikan ide, gagasan atau peristiwa
tersebut merupakan contoh atau bukan contoh dari ide yang abstrak tersebut
(Bell, 1981: 108). Misalnya konsep tentang himpunan, persamaan, pertidaksamaan,
segitiga, kubus, fungsi, variabel, matriks, vektor, dan sebagainya. Menurutnya,
ada tiga tipe konsep matematika yaitu: 1) konsep matematika murni (pure
mathematical concepts), 2) konsep notasi (notation concepts), dan 3)
konsep terapan (applied concepts).
a. Konsep
matematika murni
Konsep matematika
murni adalah kesepakatan yang mengklasifikasikan suatu ide dan relasi antara
ide-ide tersebut, yang sama sekali tidak tergantung pada bagaimana cara ide itu
disajikan. Misalnya, ide tentang bilangan enam, dapat disajikan dengan simbol
“VI” dalam angka Romawi, atau “٦” dalam tulisan Arab, atau “llll l” dalam bentuk turus,
atau “110” dalam basis 2, atau ditulis “6” dalam angka arabi, semua itu
merupakan konsep bilangan enam. Demikian pula konsep segi empat, dapat
disajikan dalam bentuk persegi, persegi panjang, jajaran genjang,
layang-layang, belah ketupat, maupun trapesium, atau segi empat sembarang. Untuk
contoh yang bukan matematika, beberapa benda di sekeliling kita, misalkan
kursi. Ada kursi belajar, kursi tamu, kursi goyang, kursi roda, kursi mobil,
kursi tahta kerajaan, dan sebagainya. Ketika konsep tentang kursi sudah
didapatkan, maka kita akan dengan mudah mengatakan bahwa benda yang lain bukan
termasuk kursi, atau termasuk kursi.
b. Konsep notasi
Konsep notasi
adalah kesepakatan yang mengklasifikasikan mengenai suatu ide yang merupakan
konsekuensi langsung atas bagaimana ide tersebut disajikan. Misalkan notasi ”7”
dalam bilangan yang dinotasikan dengan ”725”, artinya 7 ratusan. notasi ”7” dalam bilangan yang
dinotasikan dengan ”473”, artinya adalah 7 puluhan, dan notasi ”7” pada
bilangan yang dinotasikan dengan ”867”, artinya, 7 satuan. Notasi ”7” yang
pertama bernilai 700, notasi “7” yang kedua bernilai 70, dan notasi “7” yang
ketiga bernilai 7 sebagai satuan. Ini merupakan penempatan notasi untuk
menyajikan bilangan dalam sistem basis sepuluh.
c. Konsep terapan
Konsep terapan
adalah penerapan konsep matematika murni dan konsep notasi untuk menyelesaikan
masalah matematika dan bidang studi lain yang berhubungan. Misalnya konsep
untuk operasi penjumlahan pada bilangan bulat : lima puluh ditambah seratus dua
puluh lima dapat ditilis ”50 + 125 = 175”.
Ada nilai tempat puluhan dan satuan pada bilangan 50, yang dijumlah
(dalam konsep himpunan adalah digabung) dengan bilangan 125.
Tim Pengembang
Silabus (tt: 47), memberikan rincian bahwa yang termasuk dalam materi konsep
antara lain pengertian, dan definisi,
demikaian pula batasan. Dari suatu definisi atau pengertian atau batasan akan
didapatkan abstraksi dari sebuah ide atau gagasan, dan unsur-unsur yang
membentuknya, hingga mengarah pada identifikasi secara khusus.
3.
Prinsip
Prinsip adalah
hubungan antara objek matematika yang satu dengan objek yang lainnya (Bell,
1981: 109). Hubungan antar konsep, misalkan konsep tentang kecepatan dengan
konsep tentang waktu, akan melahirkan konsep jarak. Dalam bentuk hubungan antar
fakta dapat dituliskan sebagai S = V x t. Formulasi tersebut merupakan contoh suatu
prinsip. Tim Pengembang Silabus (tt: 47) mengemukakan bahwa prinsip matematika
salah satunya dapat diwujudkan dalam bentuk aksioma. Karena itu matematika
sering disebut pula sebagai sistem aksiomatik. Sebagai contoh, dua buah
segitiga dikatakan sama dan sebangun (kongruen) apabila dua buah sisi
dan besar sudut apitnya pada segitiga yang satu, sama dengan dua buah sisi dan besar
sudut apitnya yang ada pada segitiga yang lainnya. Pernyataan ini meliputi
beberapa konsep dan hubungan antar konsep-konsep tersebut. Untuk mengetahui
prinsip tentang kongruen harus mengetahui lebih dahulu konsep tentang sisi,
sudut, dan konsep segitiga. Contoh lain misalkan pada Dalil Phytagoras berlaku
aturan bahwa kuadrat sisi miring suatu segitiga siku-siku sama dengan jumlah
kuadrat dari dua sisi yang lainnya. Apabila a dan b masing-masing merupakan
sisi-sisi tegaknya, sedangkan c adalah sisi miring pada segitiga siku-siku
tersebut, maka akan berlaku suatu prinsip bahwa a2 + b2 =
c2 . Dan masih banyak contoh yang lain.
Suatu sistem
aksioma yang diikuti oleh teorema-teorema yang diturunkan dari padanya akan
membentuk suatu struktur, yaitu suatu sistem
yang di dalamnya
memuat adanya hubungan
yang hirarkis (R. Soedjadi, 2000:
20). Dalam struktur matematika itulah terdapat konsep primitif (undefined
term), aksioma-aksioma, konsep-konsep yang didefinisikan, dan
teorema-teorema.
4. Skill
Skill adalah operasi dan prosedur dimana siswa dan para
matematikawan diharapkan dapat melakukan prosedur tersebut dengan cepat dan
tepat. Skill merupakan kemampuan yang memuat sejumlah intruksi atau
aturan yang tersusun dalam prosedur khusus yang disebut dengan istilah algoritma
yaitu suatu prosedur atau metode untuk memperoleh hasil (Bell, 1981: 108).
Dengan kata lain algoritma adalah cara untuk memperoleh hasil dengan menerapkan
berkali-kali operasi atau sekelompok langkah yang pasti, sedemikian rupa
sehingga sebuah unsur yang didapat dari satu kali menerapkan operasi itu
dipakai lagi paling kurang satu kali dalam terapan berikutnya sampai diperoleh
hasil yang diharapkan (Karso, 1994: 71). Satu kemampuan menyelesaikan masalah
dalam matematika dapat dimodifikasi dalam beberapa pertanyaan, yang
pertanyaan-pertanyaan tersebut sesungguhnya hanya merupakan konsep yang sama.
Dalam hal seperti ini diperlukan keterampilan yang bukan sekedar hafalan
prosedur yang telah dijalankan. Oleh karena itulah penguasaan prosedur yang
kuat amat diperlukan. Prosedur tersebut harus didasarkan pada pengertian, dan bukan sekedar memori
hafalan belaka seperti dikemukakan oleh Sobel, (1970: 291). Selanjutnya ia
berpendapat bahwa untuk membangun penguasaan prosedur yang kuat, digunakan sarana
berupa latihan soal, yang sekaligus menambah pemahaman terhadap arti dan
pengertian dari objek fakta, konsep, dan prinsip.
C. Hubungan antara Fakta, Konsep, Prinsip, dan Skill.
Herman Hudoyo (1988: 172) menjelaskan bahwa
setelah konsep dipelajari, maka segeralah diberikan latihan baik dengan cara lisan,
tulisan, ataupun diagram. Ini artinya objek matematika yang berupa fakta mestinya
diajarkan sebelum penanaman konsep, baru kemudian skill yang diwujujdkan
dalam bentuk latihan. Prinsip merupakan hubungan antara beberapa konsep, hal
ini berarti bahwa prinsip diajarkan setelah konsep dipahami terlebih dulu. Jadi
secara logis urutan pembelajaran objek matematika adalah fakta, konsep,
prinsip, dan baru kemudian skill. Namun demikian menurut penulis, tidak
tertutup kemungkinan konsep diajarkan terlebih dahulu dari pada fakta. Hal
tersebut bergantung pada usia dan perkembangan mental dari peserta didik yang
ada. Dan mungkin juga bergantung dari materi yang akan disajikannya. Pada usia
SD pengajaran matematika lebih cenderung diawali dengan fakta, karena pada usia
tersebut anak masih membutuhkan hal-hal yang kongkrit. Sebaliknya pada tingkat
SLTA dan perguruan tinggi pembelajaran matematika dapat dimulai dari konsep terlebih
dulu. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa hubungan antara fakta, konsep,
prinsip dan skill merupakan hubungan hirarkis. Pemahaman terhadap suatu konsep
tertentu menjadi prasyarat bagi penggunaan sebuah prinsip tertentu pula, dan begitu
seterusnya. Pemahaman suatu prinsip tertentu juga dapat menjadi prasyarat bagi
penggunaan prinsip berikutnya, atau prinsip yang lain. Artinya objek yang satu,
kadang menjadi prasyarat untuk memahami objek yang lain.
Pemahaman tentang
objek matematika yang abstrak ini, bagi seorang calon guru matematika maupun
bagi para guru yang sekarang telah mengampu pelajaran matematika, serta orang
tua merupakan hal yang penting, sebagai bekal mengajarkan, membimbing, dan
mengarahkan siswa dalam belajar matematika tentunya. Dengan kefahaman tersebut,
guru juga dapat segera melakukan identifikasi terhadap siswa untuk
meminimalisir akan terjadinya gejala kesulitan belajar matematika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar